Kediri – Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri kembali hadir dalam pengabdian masyarakat dengan menggandeng Kelompok Tani Karangrejo, Desa Karangrejo, Kecamatan Kandat. Inisiatif ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan lokal melalui penerapan teknologi tepat guna dan manajemen sumber daya manusia (SDM) yang modern.
Program yang dinamakan Greenhouse Hidroponik IoT: Penguatan Kelompok Tani Modern Desa Karangrejo Menuju Ketahanan Pangan ini dikoordinasikan oleh tim pengabdian masyarakat UNP Kediri yang dipimpin oleh Dr. Isfauzi Hadi Nugroho, M.Psi (dosen PG PAUD). Dalam program ini, pihak UNP melibatkan dosen dari berbagai disiplin, antara lain:
- Risa Helilintar, M.Kom (Teknik Informatika)
- Mahendra Puji Permana Aji, M.Pd (Pendidikan Bahasa Inggris)
- Mahasiswa Beyonda dan Sabrina dari Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
Pada tanggal 15 September 2025, tim UNP mengadakan sosialisasi konsep dasar hidroponik yang terintegrasi dengan teknologi IoT (Internet of Things). Para petani diberi pemahaman tentang cara memonitor dan mengatur variabel lingkungan tanam seperti kadar nutrisi, pH air, dan suhu secara otomatis melalui aplikasi di smartphone. Dengan demikian, pemantauan tidak harus langsung berada di greenhouse secara fisik.
Selanjutnya, pada 27 September 2025 dilaksanakan pelatihan terkait manajemen SDM khusus untuk kelompok tani. Materi disampaikan oleh pakar manajemen, Itot Bian Raharjo, S.Pd., SE, M.M. Beliau menekankan bahwa meskipun teknologi canggih diterapkan, tanpa pengelolaan SDM yang baik, hasilnya akan kurang optimal. Manajemen SDM diperlukan agar organisasi kelompok tani bisa berjalan secara profesional, berkelanjutan, dan mampu bersaing.
Dr. Isfauzi menambahkan bahwa kolaborasi teknologi dan manajemen ini juga bagian dari kontribusi UNP Kediri terhadap program Asta Cita, terutama dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui inovasi pertanian. “Tujuan kami bukan hanya menjadikan petani menanam, tetapi juga mengelola pertanian seperti startup berteknologi tinggi. Ini bagian dari upaya mempersiapkan desa yang mandiri dan berdaya saing,” tuturnya.
Kehadiran mahasiswa dalam kegiatan ini juga cukup penting. Beyonda dan Sabrina membantu menjembatani komunikasi teknis agar pengetahuan mudah dipahami oleh para petani. Dengan demikian, transfer teknologi berjalan lebih efektif.